Malam di "Lailatul Khatibah"















Malam di Lailatul Khatibah
Menyeksamai pesan nubuwwah
Dari para pengemban risalah
Pesannya “antum harus tabah”
Pintanya “antum harus qonaah”
Serunya “antum harus istiqomah”
Ibanya “teruslah berdakwah”
Menerawang membaca rahasia tsiqoh
Pengalaman yang akan menjadi petuah
Guru yang akan menjadi qudwah
Suatu hari nanti saat membersamai masalah
Dengannya semoga kami tidak kalah
Semua tergantung Rahmat Ilallah
Terimakasih ustadz, Ana uhibbukum fillah
Doakan kami tetap kokoh dalam tarbiyah
Doakan kami agar selalu dibimbing hidayah
Doakan kami menjadi hamba yang amanah
Diantara lemah kaki kami melangkah
Ditengah tetes demi tetes air mata resah


Thursday, August 07th 2009
Farrosih, Al Hamra

Rahasia dua lelaki

dari balik tabir, kudengarkan wanita itu bicara
mengisahkan pengalaman yang akan menjadi guru

***

“aku bertemu dua lelaki”, dia memulai cerita
dengan suara lembut, riang, sekaligus sendu
aku menerka demikian pula wajahnya
“kurasa dua-duanya mampu membuatku tak bisa menolak
jika mereka punya kehendak”
“oh ya?”, kudengarkan sambil dalam hati mengucap “Rabbi..”

***

“lelaki pertama berparas titisan yusuf,
hartanya warisan sulaiman, gagahnya serupa musa”
wanita itu berhenti, sejenak menghela nafasnya
aku menggigit bibir dan mendalamkan tundukku

***

“dan tahukah kau”, suaranya cekat kini,
“setelah bicara padanya, aku pulang terpesona
merasa telah berjumpa dengan lelaki paling rupawan
bercakap dengan insan paling bijaksana”

***

aku tak ingin tahu lebih banyak,
jadi kutanyakan padanya tentang lelaki kedua
dan sepertinya dia tersenyum

***

“seusai berbincang dengan lelaki kedua”, katanya
“aku pulang dengan bahagia, merasa penuh pesona
merasa menjadi wanita paling jelita
merasa diriku perempuan paling cendikia”

***

“jadi di antara mereka”, tanyaku sambil mengepalkan jemari
“siapa yang lebih tampan, siapa yang lebih mengagumkan?”
kurasa dia tersenyum lagi, menertawakanku barangkali
“laki- laki pertama lebih mencintai dirinya sendiri
dia bersukacita saat menebarkan pesona
dia bahagia ketika banyak hati memujanya”

***

“laki-laki kedua mempesona bukan karena dirinya
daya pikatnya ada pada perhatiannya, yang membuatku
merasa ada, merasa bermakna, merasa berharga”

***

“jadi”, aku menyimpulkan perlahan, “kaumemilih yang kedua?”
dia tersenyum lagi, “aku telah mendapatkan yang ketiga”
“laki-laki suci; yang memuliakanku dengan menikahiku
dia menjaga kesuciannya dengan pernikahan
dia menjaga pernikahannya dengan kesucian
dia berupaya untuk mempunya pesona lelaki pertama, tanpa mengumbarnya
dia belajar memiliki pesona lelaki kedua, untuk mengagungkan isterinya
meski jauh dari sempurna dia mengingatkanku pada sabda Sang Nabi;
sebaik-baik lelaki adalah yang paling memuliakan perempuan”


Taken from: http://fillah.co.cc