Tulang rusuk, perumpamaan


Telaah madah

Dalam kensunyian ramai, menelaah panjang diawal pagi, kucoba berdiam menyeksamai persoalan romantika "benarkah siti hawa tercipta dari tulang rusuk nabi Adam?", kabar yang berlayangan hingga hinggap dibenak setelah seorang penulis yang berasal dari Kota Samarinda* yang tulisannya banyak menelaah tentang perbandingan agama mengatakan tepat dihadapanku "ternyata pemahaman bahwa siti hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam adalah pemahaman umat Yahudi yang berasal dari Taurat", benarkah? mari seksamai tulisan berikut, insyaAllah membawa kebaikan.

Berfirman Allah swt
"dan berkata Kami: Wahai Adam! tinggallah engkau dan istri engkau ditaman ini, dan makanlah berdua daripadanya dengan sukamu berdua, dan janganlah kamu berdua mendekat pohon ini, karena (kalau mendekat) akan jadilah kamu berdua dari orang orang yang aniaya" (Q.S. 2:35)

setelah lepas dari ujian tentang nama nama ilmu yang diajarkan oleh Allah dan lulus ujian ini melebihi Malaikat, setelah lepas dari ujian kepada Malaikat yang diperintahkan sujud, dan sujud semua kecuali Iblis, barulah Adam disuruh berdiam didalam taman itu bersama istrinya. Dalam ayat ini keberadaan istri nabi adam telah ada dijadikan oleh Allah, yang namanya telah diketahui oleh ketiga agama, Islam, yahudi dan nasrani, yang tersebut dengan nama HAWA. namun tidak dijelaskan dalam ayat ini asal kejadian itu (bahwa hawa tercipta dari tulang rusuk nabi Adam) dan tidak pula diterangkan dalam ayat yang lain. Bagi orang yahudi dan nasrani, berdasar pada Kitab Perjanjian Lama (Kejadian, pasal 2 ayat 20 s/d 24) mempunyai kepercayaan bahwa, Hawa itu dijadikan Tuhan dari tulang rusuk nabi Adam, yang dicabut tulang rusuknya saat dia sedang tertidur, lalu diciptakan menjadi perempuan untuk dijadikan istrinya.

Didalam islam kepercayaan yang umum tentang Hawa terjadi dari tulang rusuk nabi Adam itu, bukanlah karena percaya kepada kitab kejadian pasal 2 tersebut, karena nabi saw telah memberi ingat bahwa kitab-kitab taurat yang sekarang ini tidaklah asli lagi, sudah banyak catatan manusia dan manusianya itu tidak terang siapa orangnya. bahkan naskah aslinya hingga sekarang tidak ada. hal ini diakui sendiri oleh orang yahudi dan nasrani. Akan tetapi nabi saw sendiri pernah bersabda, ketika beliau mengingatkan laki-laki terhadap perangai dan tabiat perempuan, agar supaya pandai-pandai membimbingnya. Maka tersebutlah dalam sebuah hadis yang drawikan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah, beliau bersabda:

"Peliharalah perempuan-perempuan itu sebaik baiknya, karena sesungguhnya perempuan dijadikan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang rusuk itu, ialah sebelah atasnya. Maka jika engkau coba meluruskannya niscaya engkau patahkan dia. Dan jika engkau tinggalkan saja dia akan tetap bengkok. sebab itu peliharalah (jagalah) perempuan itu baik-baik"

Pabila kita menyeksamai hadist diatas, tidaklah ia dapat dijadkan alasan bahwa perempuan, terutama siti hawa, terjadi daripada tulang rusuk nabi Adam. yang menjadi maksud hadist ini adalah membuat perumpamaan dari bengkok atau bengkoknya jiwa perempuan, sehingga sulit membentuknya, sama keadaannya dengan tulang rusuk, dan kaidah tulang rusuk adalah tidak bisa dipaksa-paksa, karena ia akan patah. Bila dibiarkan saja dan tidak sabar menghadapinya, ia akan semakin bengkok. Didalam hadist shahih bukhori Muslim yang lain juga diterangkan, nabi saw bersabda

"Perempuan itu adalah seperti tulang rusuk, jika engkau coba meluruskannya diapun patuh. Dan jika engkau bersuka-sukaan dengan dia, maka bersuka-suka juga engkau, namun dia tetap bengkok"

dari riwayat Imam Muslim, Nabi saw bersabda

"sesungguhnya perempuan itu dijadikan dari tulang rusuk, dia tidak akan dapat lurus untuk engkau atas suatu jalan. jika engkau mengambil kesenangan dengan dia, namun dia tetap bengkok, dan jika engkau coba meluruskannya, niscaya engkau mematahkannya. patahnya itu talaknya"

Pada hadits pertama sudah nyata tidak ada tersebut bahwa Hawa terjadi dari tulang rusuk Adam. Pada hadits yang kedua sudah jelas lagi bahwa itu hanya perumpamaan. Hadits yang ketiga menjadi lebih jelas karena telah ada hadits yang kedua, bahwa itu adalah perumpamaan. Hadits yang ketiga menambah jelas kalau laki-laki tidak berhati-hati membimbing istrinya dan bersikap keras terhadapnya maka talaklah yang terjadi dan patah aranglah bahtera rumah tangga.

Memang ada tersebut dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, al Baihaqi dan Ibnu 'Asakir, yaitu perkataan dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah saw, mereka berkata:

"Tatkala Adam telah berdiam didalam syurga itu, berjalanlah dia seorang diri dalam kesepian, tidak ada pasangan (istri) yang akan menentramkannya. Maka tidurlah dia, lalu dia bangun. Tiba -tiba disisi kepalanya seorang perempuan sedang duduk, yangtelah dijadikan Allah daripada tulang rusuknya"

Rwayat itu sudah jelas bukanlah sabda Rasulullah Saw melainkan perkatan Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas'ud. Oleh karena riwayat ini adalah perkataan sahabi, maka nilainya untuk dipegang sebagai suatu aqidah tidak sama lagi dengan hadits yang shahih dari Nabi, apatah lagi dengan Al qur'an. Besar kemungkinan perkataan kedua shabat itu terpengaruh oleh berita berita orang yahudi yang ada di Madinah saat itu, yang berpegang kepada isi kitab kejadian pasal 2 ayat 21 "maka didatangkan Tuhan Allah kepada Adam itu tidur yang lelap, lalu tidurlah ia, maka diambil Allah tulang ditutupkannya pula degan daging. Maka dari tulang yang telah dikeluarkan dari dalam Adam itu, diperbuat Tuhan seorang perempuan, lalu dibawakan kepada Adam"

Rasul memberikan pedoman kepada para sahabat dalam hal menilai berita yang disampaikan ahlul kitab,

"dan telah mengeluarkan bukhori daripada hadits abu hurairah, kata Abu Hurairah itu: adalah ahlu kitab itu membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan mereka tafsirkan dia kedalam bahasa arab untuk orang orang Islam. Maka berkatalah Rasulullah saw: Janganlah kamu langsung membenarkan ahlul kitab itu dan jangan pula langsng kamu dustakan, tetapi katakanlah: Kami beriman kepada Allah"

Berdasar dari hadits ini jadi besarlah kemungkinan bahwa siti hawa terjadi dari tulang rusuk nabi Adam yang diberikan ibu abbas dan ibnu mas'ud ini didengar mereka dari Taurat yang dibacakan ahlul kitab itu, lalu mereka terima saja sebagaimana adanya sebagai suatu fakta yang mereka terima, yang boleh diolah dan diselidiki. Maka darik hal itu pula, tidaklah salah kalau ada orang yang tidak memgang teguh i'tikat bahwasanya hawa terjadi daripada tulang rusuk nabi Adam, sebab tidak firman Allah dalam al qur'an dan tidak ada sabda nabi yang menerangkan akan hal itu. Yang ada hanya berita atau penafsiran dari Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas'ud yang besar kemungkinan mereka mendengar dari dari orang Yahudi.

Dan hadits bukhori dan Muslim yang tiga diatas kita terima dan kita amalkan dengan segala kerendahan hati, untuk pedoman menghadapi kaum wanita, sebagai teman hidup laki laki di dunia ini. apatah lagi dikuatkan dengan hadits berikut, nabi saw bersabda,

"Peliharalah perempuan itu sebaik baiknya, karena kamu telah mengambilnya dengan amanat dari Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalimat kalimat Allah"

Syeikh Muhammad Abduh dalam pelajaran tafsrinya, yang dicatat oleh muridnya Sayid Muhammad Rasyid Ridho dalam tafsirnya al manar menyatakan pula pendapat hadits yang mengatakan perempuan terjadi dari tulang rusuk itu bukanlah benar benar tulang rusuk, melainkan suatu kias perumpamaan belaka, sebagaimana contoh lain dalam al quran surah 21 ayat 27 "telah dijadikan manusia itu dari sifat terburu buru". dan benar atau tidaknya riwayat siti hawa terjadi daripada tulang rusuk nabi Adam, namun demikian istri tidaklah terjadi dari tulang rusuk suaminya.

Tulang rusuk, sebuah Perumpamaan
Maka begitulah tulang rusuk yang harus diakui oleh wanita, suka ataupun tidak. Untuk pmebahasan laki laki karena bab pembahasannya akan berbeda. Dalam dunia rumah tangga manakala seorang suami tidak mengenal bengkoknya jiwa istri ini, lalu bersikap keras maka perceraianlah yang akan terjadi, sehingga pabila terdapat sesuatu kekurangan difihak istri agar tidak tergesa gesa menjatuhkan talak, sebab hadits diatas memberikan tuntunan yang sangat dalam. Fahamilah bahwa "Tidak ada lesung yang tidak berdetak", "tidak ada gading yang tidak retak", tidak ada seorang perempuanpun dimuka bumi ini yang sunyi dari kelemahan jiwa demikian, demikian pula para lelaki. Tetapi laki laki atau suami yang memegang ketiga hadits diatas ditambah hadits yang ke empat akan sanggup hidup rukun dengan istrinya dalam irama rumah tangga yang kadang kadang gembira juga kadang kadang muram. Hal itu sangat diperlukan mengingat seorang laki-laki atau suami juga akan menghadapi wanita wanita diluar istrinya, disana ada adik perempuannya, disana ada anak anak perempuannya, dsb. wallahu'alam bis showaf

Farrosih
Referensi: Tafsir Al Azhar, Buya Hamka

aku merindukanmu


telah lama aku menunggu
perjumpaan disuatu senja
saat lengkingan takbir bergemuruh
menanda saat berlepas dahaga

tak kuat lagi kupendam
rasa ingin membersama
saat tidurnya menuai pahala
saat sedikitnya berpesan barokah

kupejam mata ini
kudiamkam sejenak hati ini
kuperkuat kerinduan ini
kuperpanjang azzam di hati
menyeksamai perjumpaan hari
dimana sang Perkasa menutup rapat pintu neraka
dimana sang Penguasa membuka lebar pintu syurga

syahrut taubah
syahrut tarbiyah
satu bulan berhadap sebelas nya
berbekal untuk menghadapinya

ramadhan...
ramadhan...

aku rinduimu

kalau memang benar
ini ramadhanku yang terakhir
maka beri kesempatan aku menyempurnakannya

Farrosih

Dakwah ini mengajarkan kami


Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat kami terlelah,
Saat aktifitas yang bergelombang disetiap jam berputar menjadikan kaki lemah ini terasa nyilu, namun disaat itu pula berlayangan dalam benak hati terdalam kami bahwa tak seberapanya pengorbanan yang kami berikan, bahkan tak layak dibandingkan sebagaimana rasul beserta sahabat dahulu yang bukan hanya terlelah bahkan terancam, tersakiti, tertindas dalam dakwahnya, namun semua itu ia hadapai bak teguh gunung yang menjulang perkasa. Adalah dakwah yang menginspirasi kami bahwa "biarlah kelelahan itu yang merasa kelelahan mengejar ngejar kami" sampai suatu hari allah takdirkan tempat terbaik yang dijanjikan. Dakwah ini mengajarkan kepada kami bahwa balasan kebaikan yang allah berikan berbanding lurus dengan kadar kelelahan yang dikerjakan, maka bukanlah kelelahan yang menjadi ketakutan kami namun saat niatan yang tidak berorientasikan allah membersamai langkah ini mendominasi disetiap detik irama nadanya.

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat kami diuji ketahanan,
Saat dunia menawarkan keelokan sutra bertabur mutiara indah bermandikan kesilauan, saat satu persatu aktivis dakwah perlahan mundur karena kecewa atau tidak bisa menerima, atau perlahan idealisme itu berhamburan, berlayangan tak karuan hingga tak bisa membedakan apakah ini baik, syubhat atau tidak, seolah telah melupakan bahwa berkumpulnya kita di sini karena allah yang menjadikan dakwah ini sebaik baik aktifitas. "tertahan menjadi terasing, tetap disini menjadi diprasangkai, menjaga idealisme dengan hijab dikata idealis dan bukan zamannya". Tapi kami berazzam selama matahari masih terbit disisi timur dunia, dan rembulan masih bersinar terang, kami tlah berikrar bahwa pertemuan dan perpisahan adalah semua oleh karena allah, membenci dan mencintai adalah semua oleh karena allah, asal kami tetap disini bertahan dengan amal amal yang diridhoinya.

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat kami diperintah,
Saat seruan itu hampir disetiap harinya mengisi dan mendominasi disetiap inbox pesan di hp kami, ternyata dakwah ini mengajarkan kami, bahwa disana ana pahala, disana ada kerjasama, disana ada barokahnya bekerja, kami yakini bahwa ini bukan dalam konteks "sapi perah" karena kami lihat disana ada sang pengirim pesan sedang juga membersamainya.

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat hati bergejolak,
Saat sang waktu tidak cukup bijak mengejar terus menerus usia yang tak terasa melebihi angka dewasa, ada sebenih titik kehampaan karena berjalan seorang, dibalik sujud kami berkata "robb.. Diamkan hati ini, jangan biarkan ia mengambil menguras sebagian besar waktu kami, amal kami, ukhwah kami baik ukhwah kawan maupun jamaah", suatu perasaan yang sulit ditafsir tapi teramat mudah ditebak. Sekali lagi dakwah mengajarkan kami untuk bersabar dalam penantian.

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat cinta datang menghampiri,
Saat perasaan itu berlayangan dan bergantungan dikolong langit, saat menyeksamai sekumpulan mereka yang tidak lagi menjaga pandangan, berdalih "saya tidak menatap orangnya, tapi hanya fotonya, boleh kan? " sekali lagi dakwah mengajarkan kami untuk selalu mengedepankan husnudzon, dakwah ini mengajarkan kami bahwa ikrar kami adalah "cinta ini hanya untuk allah", "cinta ini untuk rasul allah", "cinta ini untuk orang-orang yang selalu memuji allah dalam syair cintanya", "cinta ini untuk mereka yang cinta pada allah". Meski tak dipungkiri kitalah manusia itu dengan aksesoris kelemahan dan kealpaan, menengadah berharap cinta itu bermuara kepada orang yang diridhoi diin dan akhlaqnya.. Siapapun mereka...

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat berumah tangga,
Bahwa kapal yang berlayar adalah kapal yang berani berhadap ombak, berani berhadap gelombang, berani berhadap karang, berani berhadap badai menghantam membersamai luas dan dalamnya lautan. Berharap suatu hari nanti kami bisa mendarat dipesisir syurga bersama dalam perjuangan menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya.

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat menghadapi masalah,
Saat satu persatu ujian demi ujian itu hinggap membersamai kenyataan hidup berbumbu tangis beraroma kesedihan yang entah oleh sebab sukar ataupun senang. Kami diajarkan oleh dakwah, bahwa yang menjadi permasalahan bukan terletak pada apa itu masalah, tapi sikap dalam menghadapi permasalahan itulah sesungguhnya yang sering menjadi masalah, selama allah yang menjadi tujuan, allah yang menjadi asbab, allah yang menjadi tempat cucuran perasaan, maka selama itu pula semua masalah akan menjadi barokah dan akan menempa kami untuk semakin berani mencari solusi

Dakwah ini mengajarkan kami,
Saat tua nanti, saat kami tidak pernah menyesal telah ada dan akan selalu ada bersama dan membersamai dakwah yang telah mengajarkan kami untuk menyeksamainya hingga ajal menjemput. Nahnu duat qobla kullai syai'.

”orang yang gagal sebenarnya bukan orang yang tidak bisa, tapi kebanyakan orang yang gagal adalah mereka yang tidak bisa menyalakan apai kecil dalam dadanya, dan api kecil itu bernama semangat"

Oleh karena itu wahai diri, semangatlah mengejar impian dakwah kita, buang jauh prasangka negatif, singkirkan keragu raguan, enyahkan syetan dari dalam dada kita, usir ia dari setiap aliran nadi darah kita dengan selalu mengingat-nya, sehingga suatu hari nanti kita bisa bertemu dengan allah dalam keadaan allah ridho kepada kita. Wallahu’alam bis showab

Farrosih

Memaknai Luas Samudra


Menelaah seuntai kisah yang tertinggal disekian masa silam menyeksamai kegembiraan yang akan telah berlenggang diantara ramai canda tawa santri santri pesantren Daarut Tauhid. anak putri pertama Aa Gym menggenapkan kesempurnaan separoh agamanya menyelaksai diusia yang semakin dewasa bertemu dengan pangerannya diatas ridho sang ayah. ketika suatu hari ditengah kegembiraan yang berlayangan disebuah daerah yang terletak di Bandung itu, seorang bertanya kepada sang ayah (Aa Gym) tentang apa pesannya pada putrinya yang dipersunting lelaki gagah nan sholeh, sang ayah hanya berpesan "SELAMAT BERJUANG ANAK ANAKKU". Dalam lebatnya hujan akupun berfikir dalam ingatan yang tak mau diam untuk bertanya mengapa pesan sang ayah "selamat berjuang". Ternyata setelah difaham dalam, ditelaah jauh, direnung panjang, mahligai keluarga adalah samudra seni hidup sesungguhnya yang disanalah terletak lukisan peradaban berbumbukan airmata, air mata bahagia juga airmata lainnya. Selamat berjuang adalah simbol pengorbanan, adalah simbol pertempuran, adalah simbol pergolakan, adalah simbol kematangan kala ujian baik senang ataupun tidak terhampar dihadapan. Pesan yang begitu indah mengingat sayang sang Ayah kepada anak-anaknya, bahwa kapal yang berlayar adalah kapal yang berani berhadap ombak, berani berhadap gelombang, berani berhadap karang, berani berhadap badai menghantam membersamai luas dan dalamnya lautan. berharap suatu hari nanti mereka bisa mendarat dipesisir syurga bersama dalam perjuangan menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya.

“Tak jarang badai yang paling ganas justru semakin mempercepat laju kapal berlayar di tengah laut”

adalah Allah SWT yang Maha mengetahui hajat dan masa belakang maupun depan anak manusia, melukiskan dengan indah menyeksamai makna pesan sang ayah "selamat berjuang". Allah SWT berfirman "apakah kalian mengira akan masuk syurga, padahal Allah belum melihat diantara kalian siapa yang bersungguh-sungguh (berjuang) dan siapa yang bersabar".

Tiada kata bijak seindah hikmah, tiada pesan ikhlas seindah bekal. Maka sahabat, berekallah... karena lautan itu dalam, karena samudra itu luas, yang anginnya kencang dan gelombangnya menghantam. Namun dibalik itu semua ada seuntai harap dalam asa terpendam yang selalu menjadi api kecil dalam dada semangat, menjadi inspirasi memotifasi, kala Allah menjanjikan separoh agama, kala Allah menjanjikan fadhilah, kala Allah menjanjikan ketenangan yang tak bisa diraih selain dengan mengarunginya, mengarungi samudra pernikahan dengan pernak periknya. Berbekallah sebagaimana Rasul berbekal, Berbekallah sebagaimana siti khadijah berbekal, berbekallah sebagimana Ali dipersiapkan, sebagimana Fatimah di bekalkan, menyeksamai Siti Aisyah yang selalu belajar dan belajar.

Percayalah sahabat, mungkin dibalik itu semua tersemat persoalan lain yang sulit tergoreskan tinta, bahwa Allah itu ada dan Ia ada sebelum kata ada itu ada, meski kata ada itu tidak ada, Allah akan selalu ada. Maka yakinilah Ia, bahwa ketika kita semua berada dalam rahim ibu kita, Allah telah menulis semua perkara kita, dari usia, ajal, jodoh, maupun rezeki. Dan semua itu tidak ada yang terlewatkan dan selisih sedikitpun karena Allah maha Latief, Allah Maha 'alim akan hajat hajat kita sebagai manusia, tidak akan bergeser sedikit masapun kala Allah telah menuliskannya, pun seperti ajal, yang tidak bisa maju walau sedetik, dan tak bisa mundur walau sedetikpun juga. Yang menjadi persoalan sekarang adalah "sejauh mana kita bisa mengambil hati Allah SWT, sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang shaleh terdahulu adalah mereka yang pandai mengambil hati Rabbnya, dengan merayu sambil menangis, dengan bersembunyi diantara amal amal diamnya, dengan selalu mengingatNya dalam setiap nadi berdetak, sehingga dengan amalnya Allah menjadi senang dan ridho kemudian mentakdirkan sesuatu yang menjadi impiannya, meski hal itu harus tertunda sampai Allah mengisyaratkan syurga padanya.

Sahabat, Selamat Berjuang
Untuk sabatku yang telah dan akan menyempurnakan agamanya.

Farrosih