Di Kutai Timur aku menulis

Diluar sana hujan turun rintik rintik sambil tersipu malu si hujan menunjukkan kebeningan jasadnya membasahi bumi sangata, kutim kalimantan timur. Di sela sela tasmi’ qur’an surah ar rahman dari salah seorang peserta I’dad murobbi, kusempatkan diri untuk menulis isi hati yang saat ini sedang menggeliat hebat dalam batin menyaksikan acara yang sedari kemarin pagi dimulai. Kulihat wajah wajah segar penuh ketawadhuan mengelilingi ruangan di Darussalam ini. Sebelum keberangkatan kemarin lusa dari samarinda, di rumah istriku melepas keberangkatanku dengan senyum yang diselingi kesedihan, kubaca dari wajahnya bahwa bidadariku ini mengalami delematis yang sangat saat melepas keberangkatanku untuk bergabung dalam tim I’dad, antara kewajiban seorang istri untuk mendukung dakwah suaminya dan kondisi anak yang sakit yang sangat memerlukan kehadiran ayah disampingnya, belum lagi masalah adik kami yang akan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat yang sangat memerlukan kehadiran kakaknya untuk mengurus segala sesuatunya.

Oh istriku.. kau berusaha menyembunyikan perasaan itu, tapi suamimu ini tahu
Diwajahmu tertulis dengan terang perasaan hatimu
Istriku… yang kucintai karena Allah
 ketahuilah kalau bukan karena mengingat abu tholhah
Yang menyambut seruan itu diusinya yang sangat senja,
.. khifaafan.. watsiqoolan… dia menyebut….
Maka tak akan kusambut seruan ini pula

Hujan sesaat berhenti, kicauan burung semakin jelas terdengar merdu beserta suara akh ibnu yang terdengar didalam ruangan beserta peserta acara. Kulirik kearah seorang peserta, sungguh indahnya ia datang beserta istri dan ke 3 anaknya. Sangat menyentak hatiku saat kutahu bahwa ia datang dari wahau, sebuah daerah yang lebih jauh dari samarinda bila menuju sangata, subhanallah.. bagaimana ia bisa datang ke acara yang berlangsung selama 3 hari ini, bermalam. Jalan yang sangat rusak ia tempuh, hanya menggunakan kendaraan roda dua membawa 3 anaknya yang masih kecil kecil. Disuatu malam kulihat anaknya tertidur pulas diluar rungan beralas kain yang dilipat agar lantai kayu ulin itu tidak terasa dipunggung sang anak, seketika kakaknya datang sambil tertawa ia cubit kedua pipi adiknya gemes, ia mainkan pipi adiknya sambil tertawa kecil… sampai tak sadar ia pun ikut tertidur disebelah adiknya tanpa kain alas… sementara sang ayah dan ibu sambil mengawasi anak yang satunya lagi tetap konsentrasi menyaksikan materi yang disampaikan akh ibnu. Subhanallah sungguh pemandangan yang sangat menyentuh, keesokan harinya tetap bersemangat mengikuti materi demi materi di tengah tangisan anak anak mereka diluar ruangan, sampai disuatu waktu dhuha aku menangis memikirkannya, aku berdoa penuh khusu’ dalam getaran hati yang tergoncang hebat, air bening hampir jatuh dipelupuk mata ini.

Duhai Allah… mereka keluarga dakwah
Hadir dalam acara ini untuk mencari ridho Mu
Maka… ridhoilah mereka ya Allah
Dalam naungan cinta dan maghfirohmu
Mudahkan urusannya, kuatkan langkah kakinya
Permudah urusan dunia dan akheratnya
Kuatkan pijakan kakinya dalam jalan yang Engkau ridhoi
Jalan dakwah yang Engkau berkahi…

Bumi Sangata, Kutim Kalimantan Timur
Farrosih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar