Seimbang

Kelembutan

Itulah karakteristik sahabat Rasul, mempesona bak sinar bulat rembulan kala purnama, mampu menyeimbangkan dua sisi yang sebenarnya sulit untuk berpadu. Diantara jurang yang memisahkan makna dan terapannya, Kelembutan dan Ketegasan. Sesekali ia sebegitu lembutnya dalam khusu' ibadah mahdo'nya maupun sunnah hariannya, menangis tersedu-sedu setiap kali ayat itu dibaca dalam sholatnya mengantarkan keraguan pada diri sahabat yang lain apakah ia mampu menggantikan Rasulullah menjadi imam sementara ia selalu terisak menangis dalam sholat setiap kali membaca ayat dalam al quran, begitu mempesonanya kelembutan itu mensejarahi kehidupan manusia. Itulah Sayyidina Abu bakar, menteladaninya adalah selaksa bintang nun jauh bersinar terang disana, namun dekat di sinar hati pengagumnya. Jauh kita berpisah masa namun dekat kala membuka kembali torehan kisahnya. Namun sahabat, meski kelembutannya seperti lembutnya awan, namun pabila "mereka" ingin kembali kebelakang kearah kekafiran sepeninggal Rasulullah kala itu, iapun menjadi sedemikian tegasnya seperti ketegasan panglima perang dalam berkecamuknya medan, bahkan mengalahkan ketegasan sang Umar Bin Khattab, menandakan keteguhan aqidah dan tafahhumnya akan diin ini. sambil berkata "barang siapa yang menyembah Muhammad maka ia telah mati, namun barang siapa yang menyembah Allah, niscaya Allah takkan pernah mati", kemudian membaca ayat dalam Al quran surah ali imran ayat 144. menginsafkan kegalauan dan keprihatinan Umar yang tak mampu membendung air matanya berat, seberat penerimaannya pada takdir akan berakhirnya masa Rasullah menyampaikan Risalah. Pun mengatakan "aku akan memenggal leher mereka yang memisahkan antara kewajiban sholat dan kewajiban berzakat" . Hanya bisa berucap subhanaLLah

Umar, nama itu selalu menjadi bagian penting dalam sejarah ini, sejarah futuhat-futuhat al khoir, sejarah kegemilangan penyebaran diin ini ke seantro bumi. ia dikenal dengan ketegasannya yang sangat kuat, sampai syetanpun takut padanya, ketegasan sikapnya adalah pertanda matangnya diri dalam totalitasnya pada kebenaran, tidak ada abu-abu, hitam adalah hitam, putih adalah putih. Namun sahabat, setegas singa Umar bersikap dalam banyak peristiwa, namun ia tak kalah lembutnya dengan Abu Bakar. Ketika ayat tentang larangan mengeraskan suara dihadapan Rasulullah turun, ia pun menjadi orang yang sangat lembut kala berbicara hingga suaranya lirih hampir tak terdengar kala berhadapan dengan Rasul, kelembutan nya luar biasa pada satu sisi tempatnya. SubhanaLLah, maha suci Allah yang menciptakan karakter, mewarnai indah hidup ini, mempergilirkan masa dengan karakteristiknya masing-masing. Mengajarkan kepada kita semua bahwa, ketegasan itu landasannya adalah Aqidah, kelembutan itu pun landasannya Aqidah. Manakala harus tegas maka kuatkanlah ketegasan dengan landasan yang kuat pula, namun demikian kelembutan yang penuh rasa cinta harus pula menghiasi hidup ini di sepanjang masa hari hari berjalan karena kelembutan adalah cahaya, yang selalu memberikan terang pada gelap yang tak bersinar. Sahabat tawazun adalah kata kuncinya.

Farrosih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar