Mencoba Mengeja Hati

Sebuah telaah mengaktualisasikan ke ”imaginer”-an hati

Setelah diamati, ternyata manusia adalah makhluq unik yang diciptakan Tuhan, ia juga sekaligus menjadi makhluq yang paling sulit ditebak langkah dan tindakan, namun demikian suatu waktu ia bisa menjadi makhluq yang sangat mudah untuk ditebak melalui kata dan perbuatan. Manusia dibekali hati dan perasaan yang dengannya mampu membaca segala sesuatu yang sebenarnya tidak bisa dan tidak mudah ditangkap oleh panca indera. Yang dengannya pula secara naluriah dapat menjadi alat mempertahankan diri sebagai salah satu karunia terindah dalam takdirnya sebagai ciptaan. Kata adalah cermin sifat yang dapat ditangkap oleh hati yang dengannya ia berfikir untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan sederhana perihal keaslian isi hati dari seorang ciptaan yang kalau mau diporsentasekan melebihi angka 50 persen kebenaran, namun hal ini bukan menjadi patokan akhir, hanya sekedar berjaga-jaga karena memang demikianlah fungsi mempertahankan diri diciptakan sebagai sebuah program yang dirancang khusus mampu mengaktualisasikan sesuatu yang imaginer. Perbuatan apalagi, meski tak diiringi sedikitpun perkataan, hanya dengan sedikit gerakan (Baca: body language) sudah mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya dari imaginernya hati. Inilah kita, kita adalah manusia, manusia adalah tak kuasa, tak kuasa adalah kepastian dari manusia. Namun demikian dengan bekal yang diberikan kepada kita sebagai manusia, haruslah dioptimalkan potensinya untuk kebaikan demi kebaikan sebagaimana tujuan diberikannya karunia tersebut.

Pernahkan terbayang dalam benak kita, sesekali kita cocok berinteraksi dengan seorang kawan, namun disisi lain kitapun merasa tidak cocok berkawan akrab dengan lainnya. Sering kali didapati kawan-kawan kita semisal dikampus baik pria maupun wanita memiliki tingkat persahabatan dan kesetiaan yang beragam, berbeda satu dengan yang lainnya, baik sesama maupun antar kawan sebaya. Mengapa hal itu dapat terjadi?, jawaban sederhana yang coba penulis ketengahkan adalah bahwa jiwa itu beragam dan hati itu berbeda, ia hanya akan merasakan kenyamanan manakala jiwa dan hatinya bertemu dengan yang bersesuaian. Inilah rahasia imaginernya hati dalam pembahasan kali ini. Jiwa dan hati ternyata mampu berbicara bahkan bercerita tentang hal ihwal jiwa lainnya yang kemudian dengannya mampu menyimpulkan ‘ ini sesuai atau ini tidak sesuai ‘, sehingga terjadilah ‘Rini akrab dengan Anita’ namun ‘Andi tidak akrab dengan Wawan’. Sehingga dapat ditarik benang merah bahwa “Lisan, tindakan dan perbuatan, melambangkan isi hati seseorang”. Sehingga benarlah yang dikatan Rasul bahwa memandang seorang anak manusia dapat dipandang dari teman akrabnya. Orang yang berbenturan antara hati, lisan, dan perbuatan adalah mereka yang tidak punya pendirian dalam kehidupan.

Maka dengan analisa diatas, dapat pula kita rasakan sesuatu yang tidak bisa dilihat nyata namun dikesempatan yang lain bisa terbaca dengan jelasnya. Permisalan yang coba penulis angkat dalam hal ini adalah, dari perkataannya bisa disimpulkan bahwa ia kecewa meski tidak berucap kecewa, dari berbagai pandangan dan pendapatnya bisa dirasakan kalau ia tidak bisa menerima hasil kepususan syuro misalnya, dari gerak dan tingkah lakunya dapat pula disimpulkan kalau ia berambisi menjadi ALEG meskipun ia berucap tidaklah berambisi, namun hati bisa merasakan apakah kata itu sesuai dengan yang sebenarnya hati rasakan, apalagi bila yang berfirasat adalah hati orang yang beriman, karena Rasul mengatakan: hati-hati dengan firasat orang beriman, karena ia lahir dari hati yang selalu berzdikir kepada Tuhannya.

Memandangan dengan pandangan mata, akan sampai hanya pada dzohir saja

Namun, memandang dengan hati akan mampu menembus hati lainnya,

Maka asahlah hati dengan selalu berdzikir pada-Nya.

Dilain hal, Allah selalu menuntun manusia untuk selalu mengutamakan Huznuzzon diatas segalanya, sehingga interaksinya adalah interaksi yang tidak tendensius dan menghakimi. Marilah belajar bersama menjadi manusia yang jujur diantara karakter kita yang beragam, kuncinya adalah HATI YANG JUJUR PADA ALLAH SWT.

Kepada yang sudah terlelah ’bertahan’ dalam tarbiyah

Tetaplah, dalam kelemahan kaki melangkah

Dalam kepapaan hati berteguh

Dalam ujian idealisme jalan ini

Dalam kelimpungan indahnya dunia menawari

Dalam setiap kebingungan dan ketidak pastian

Tetaplah bertahan dan bertahan

Kelak kita kan tahu yang sebenarnya

Dan andapun bisa membaca hati penulis, dari tulisan ini

Akhukum Fillah

Farrosih

1 komentar:

Silahkan tinggalkan komentar